Senin, 26 September 2016

Tugas Rekayasa Perangkat Lunak

EVOLUTIONARY SOFTWARE PROCESS MODELS

Model ini dikembangkan karena adanya kegagalan yang terjadi akibat pengembangan proyek/aplikasi menggunkan sistem waterfall model. Kegagalan yang terjadi biasanya dikarenakan adanya kekurang pahaman atau bahkan sampai kesalah pahaman pengertian developer aplikasi mengenai user requirement yang ada. Yang berbeda dari prototyping model ini, apabila dibandingkan dengan waterfall model, yaitu adanya pembuatan prototype dari sebuah aplikasi, sebelum aplikasi tersebut memasuki tahap design. Dalam fase ini, prototype yang telah dirancang oleh developer akan diberikan kepada user untuk mendapatkan dievaluasi. Tahap ini akan terus menerus diulang sampai kedua belah pihak benar-benar mengerti tentang requirement dari aplikasi yang akan dikembangkan. Apabila prototype telah selesai, maka tahapan aplikasi akan kembali berlanjut ke tahap design dan kembali mengikuti langkah-langkah pada waterfall model. Kekurangan dari tipe ini adalah tim developer pengembang aplikasi harus memiliki kemampuan yang baik karna dalam mengembangkan prototype ini hanya terdapat waktu yang singkat.

1. INCREMENTAL MODEL
Pada model ini, persyaratan software dipecah menjadi beberapa fungsi-fungsi atau bagian-bagian. Sebuah daftar kegiatan proyek akan dibuat dengan maksud mengetahui tiap-tiap fungsi yang harus dilakukan dalam tiap unit. Masing-masing unit fungsional diimplementasikan dalam sebuah penambahan dan produk akhirnya dikembangkan setelah keseluruhan unit fungsional diimplementasikan dalam proses pengembangannya. Masing-masing penambahan pada tiap unit terdiri dari 3 fase: desain, implementasi, dan analisis. Proses pengembangan ini akan terus diulang sampai keseluruhan aktivitas dalam daftar aktivitas diimplementasikan. Kekurangan dari model ini bahwa model ini hanya dapat diimplementasikan pada proyek berskala besar, karena dalam prosesnya proyek yang dikerjakan harus dibagi dalam beberapa unit.

2. SPIRAL MODEL
Dikembangkan dari sifat iterative prototyping model dan sifat linier waterfall model. Merupakan model yang ideal bagi software yang memiliki bermacam jenis. Dalam tiap iterasinya, proses software development mengikuti tahap-tahap fase linier, dan dalam akhir tiap fasenya, user mengevaluasi software tersebut dan memberikan feed back. Proses iterasi berlangsung terus dalam pengembangan software tersebut.

3. WIN-WIN SPIRAL MODEL
Dalam win win spiral model yang merupakan ekstensi dari spiral model, tim pengembang dan pelanggan akan melakukan diskusi dan negosiasi terhadap persyaratannya. Disebut ‘win-win’ karena merupakan situasi kemenangan antara tim pengembang dan pelanggan. Yang membedakan antara win-win spiral model dengan spiral model adalah setelah selesai mendapatkan feed back dari pelanggan, tim pengembang aplikasi dan pelanggan akan kembali melakukan negoisasi untuk pengembangan aplikasi tersebut.

4. CONCURRENT DEVELOPMENT MODEL
Model ini adalah suatu cara atau langkah kerja untuk membuat suatu sistem yang dikerjakan secara besar-besaran namun tetap mempertahankan kualitas sesuai dengan permintaan pelanggan, bila ada permintaan lain dari pelanggan maka langkah-langkah kerja dihentikan sementara untuk memaksimalkan hasil dari model ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar