EVOLUTIONARY SOFTWARE PROCESS MODELS
Model ini dikembangkan karena
adanya kegagalan yang terjadi akibat pengembangan proyek/aplikasi menggunkan
sistem waterfall model. Kegagalan yang terjadi biasanya dikarenakan adanya kekurang
pahaman atau bahkan sampai kesalah pahaman pengertian developer aplikasi mengenai
user requirement yang ada. Yang berbeda dari prototyping model ini, apabila dibandingkan
dengan waterfall model, yaitu adanya pembuatan prototype dari sebuah aplikasi, sebelum
aplikasi tersebut memasuki tahap design. Dalam fase ini, prototype yang telah dirancang
oleh developer akan diberikan kepada user untuk mendapatkan dievaluasi. Tahap
ini akan terus menerus diulang sampai kedua belah pihak benar-benar mengerti tentang
requirement dari aplikasi yang akan dikembangkan. Apabila prototype telah
selesai, maka tahapan aplikasi akan kembali berlanjut ke tahap design dan kembali
mengikuti langkah-langkah pada waterfall model. Kekurangan dari tipe ini adalah
tim developer pengembang aplikasi harus memiliki kemampuan yang baik karna dalam
mengembangkan prototype ini hanya terdapat waktu yang singkat.
1. INCREMENTAL MODEL
Pada
model ini, persyaratan software dipecah menjadi beberapa fungsi-fungsi atau
bagian-bagian. Sebuah daftar kegiatan proyek akan dibuat dengan maksud
mengetahui tiap-tiap fungsi yang harus dilakukan dalam tiap unit. Masing-masing
unit fungsional diimplementasikan dalam sebuah penambahan dan produk akhirnya
dikembangkan setelah keseluruhan unit fungsional diimplementasikan dalam proses
pengembangannya. Masing-masing penambahan pada tiap unit terdiri dari 3 fase:
desain, implementasi, dan analisis. Proses pengembangan ini akan terus diulang
sampai keseluruhan aktivitas dalam daftar aktivitas diimplementasikan.
Kekurangan dari model ini bahwa model ini hanya dapat diimplementasikan pada
proyek berskala besar, karena dalam prosesnya proyek yang dikerjakan harus
dibagi dalam beberapa unit.
2. SPIRAL MODEL
Dikembangkan
dari sifat iterative prototyping model dan sifat linier waterfall model.
Merupakan model yang ideal bagi software yang memiliki bermacam jenis. Dalam
tiap iterasinya, proses software development mengikuti tahap-tahap fase linier,
dan dalam akhir tiap fasenya, user mengevaluasi software tersebut dan
memberikan feed back. Proses iterasi berlangsung terus dalam pengembangan
software tersebut.
3. WIN-WIN SPIRAL MODEL
Dalam win win spiral model yang
merupakan ekstensi dari spiral model, tim pengembang dan pelanggan akan
melakukan diskusi dan negosiasi terhadap persyaratannya. Disebut ‘win-win’
karena merupakan situasi kemenangan antara tim pengembang dan pelanggan. Yang
membedakan antara win-win spiral model dengan spiral model adalah setelah
selesai mendapatkan feed back dari pelanggan, tim pengembang aplikasi dan pelanggan
akan kembali melakukan negoisasi untuk pengembangan aplikasi tersebut.
4. CONCURRENT DEVELOPMENT MODEL
Model ini adalah suatu cara atau
langkah kerja untuk membuat suatu sistem yang dikerjakan secara besar-besaran
namun tetap mempertahankan kualitas sesuai dengan permintaan pelanggan, bila
ada permintaan lain dari pelanggan maka langkah-langkah kerja dihentikan
sementara untuk memaksimalkan hasil dari model ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar